Tuesday, March 29, 2011

Tugas Individu Management Mutu II / Charles Yohannes / 224408036


• ISO 14001
ü  ISO 14001 adalah standar internasional yang dikembangkan oleh Organisasi Internasional untuk Standarisasi (ISO) melalui komite teknik khusus yang mewakili sekitar 150 negara di seluruh dunia. Tujuannya adalah untuk memungkinkan organisasi dari setiap jenis atau ukuran untuk mengembangkan dan menerapkan suatu kebijakan untuk melakukan pencegahan polusi, sesuai dengan persyaratan hukum dan lainnya, dan perbaikan berkelanjutan.
Realisasi komitmen ini akan menjadi sistem manajemen yang mengakui dan mengelola isu lingkungan primer melalui kesadaran dan penilaian terhadap persyaratan hukum yang berlaku, tujuan untuk perbaikan, tugas tanggung jawab, kompeten personel, komunikasi, prosedur, kontrol dan pemantauan, kemampuan tanggap darurat, koreksi dan penilaian diri, dan ulasan internal. Proses ini harus didasarkan pada siklus Plan-Do-Check-Ac. Source : http://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://www.saiglobal.com/
ü  ISO 14001 manajemen lingkungan standar ada untuk membantu organisasi meminimalkan bagaimana operasi mereka (proses dll) berpengaruh negatif terhadap lingkungan (yaitu menyebabkan perubahan negatif terhadap udara, air, atau tanah), mematuhi undang-undang, peraturan, dan persyaratan lingkungan berorientasi lainnya, dan  terus meningkatkan di atas. ISO 14000 adalah sama dengan ISO 9000 manajemen mutu di yang kedua berkaitan dengan proses bagaimana produk dihasilkan, daripada produk itu sendiri. Seperti dengan ISO 9000, sertifikasi dilakukan oleh organisasi pihak ketiga bukannya diberikan oleh ISO langsung. ISO 19011 standar audit yang berlaku saat audit untuk kedua 9000 dan 14000 kepatuhan sekaligus
ü  ISO 14001 adalah Standart Internasional tentang Manajemen Lingkungan dan keamanan operasional yang dikembangkan oleh International Organization For Standardization (ISO).  Source : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/883/1/hutan-siti.pdf
• Kepuasan Pelanggan
ü  Kepuasan pelanggan adalah ukuran bagaimana produk dan layanan yang disediakan oleh perusahaan memenuhi atau melampaui harapan pelanggan. Kepuasan pelanggan didefinisikan sebagai "jumlah pelanggan, atau persentase dari total pelanggan, yang melaporkan pengalaman dengan perusahaan, produk, atau layanan (ratings) melebihi yang ditentukan tujuan kepuasan. Source : http://en.wikipedia.org/wiki/Customer_satisfaction
ü  Kepuasan pelanggan adalah suatu keadaan dimana keinginan, harapan dan kebutuhan pelanggan dipenuhi. Suatu pelayanan dinilai memuaskan bila ia dapat memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggannya. Source :  http://triatmojo.wordpress.com/2006/09/24/mengukur-kepuasan-pelanggan/
ü  kepuasan pelanggan merupakan suatu perasaan atau penilaian emosional dari pelanggan atas penggunaan suatu produk barang atau jasa dimana harapan dan kebutuhan mereka terpenuhi. Source : http://rentalsys.blogspot.com/2008/07/pengertian-kepuasan-konsumen.html

• Standart
ü  Standar, atau lengkapnya standar teknis, adalah suatu norma atau persyaratan yang biasanya berupa suatu dokumen formal yang menciptakan kriteria, metode, proses, dan praktik rekayasa atau teknis yang seragam. Source : http://id.wikipedia.org/wiki/Standar
ü  Standar adalah suatu norma atau persyaratan yang biasanya berupa suatu dokumen formal yang dipakai sebagai pedoman/pembakuan dalam memperbandingkan dalam jangka waktu tertentu. Standar adalah kesepakatan-kesepakatan yang telah didokumentasikan yang di dalamnya terdiri antara lain mengenai spesifikasi-spesifikasi teknis atau kriteria-kriteria yang akurat yang digunakan sebagai peraturan, petunjuk, atau definisi-definisi tertentu untuk menjamin suatu barang, produk, proses, atau jasa sesuai dengan yang telah dinyatakan. Salah satu contohnya adalah penetapan standar ukuran dan format kartu kredit, atau kartu-kartu “pintar” (smart) lainnya yang telah mengikuti standar internasional ISO dan dapat digunakan di berbagai mesin anjungan tunai mandiri (ATM) di seluruh dunia, dan banyak contoh-contoh lainnya. Dengan demikian standar internasional telah membantu kehidupan manusia menjadi lebih mudah, serta lebih meningkatkan keandalan dan kegunaan barang dan jasa. Source : http://www.dephut.go.id/Halaman/STANDARDISASI_&_LINGKUNGAN_KEHUTANAN/INFO_VI02/V_VI
ü  Standar adalah spesifikasi yang dibuat dalam bahasa yang umum, dan mengandung spesifikasi teknis atau kriteria yang akurat serta di rancang untuk digunakan secara konsisten, sebagai peraturan, sebagai acuan, atau sebagai definisi. Source :  http://cakrawijaya.blogspot.com/2009/06/standard.html
• Kesimpulan Charles Yohannes :
- ISO 14001 adalah standar internasional untuk Sistem Manajemen Lingkungan (SML)  untuk membantu organisasi meminimalkan bagaimana operasi mereka (proses dll) berpengaruh negatif terhadap lingkungan. Kepuasan Pelanggan itu sendiri adalah sebuah penilaian dalam pemenuhan harapan konsumen akan sesuatu. Sedangkan standart itu sendiri menurut saya adalah kriteria yang akurat yang dirancang dan digunakan secara konsisten, sebagai acuan.











TUGAS KELOMPOK MANAJEMEN MUTU PERBARIS

NAMA KELOMPOK :
1.     FIKAM AINURAFIK                  (224408050)
2.     JAJANG NURJAMAN                 (224408089)
3.     AMRIN HAKIM                          (224408104)
4.     FADLIA MUSLIHA                    (224408118)
5.     FISIKAWATY NAWANGSARI   (224408030)
6.     NURHAYATI                               (224408137)
7.     ALIAH ARITA                             (224408091)
8.     RIZKI OKTAVIANI PUTR         (224408124)
9.     NUR FITRIANTI                        (224408131)
10.  PRIZKY NUZURRUDIANA     (224408102)
KELAS : ZM08



DISTRIBUSI/TRANSPORTASI

1.        RELIABILITY (KEANDALAN)
·           Mampu mendistribusikan produk barang atau jasa sampai daerah terpencil
·           Menyalurkan barang dengan tepat waktu

2.        RESPONSIVENESS (DAYA TANGGAP)
·           Sistem pendistribusian barang dengan berbagai moda transportasi dengan cepat, tepat dan akurat

3.        ASSURANCE (JAMINAN)
·           Dapat mengangkut berbagai macam barang dari kapasitas yang kecil hingga kapasitas yang besar dengan aman, dengan menggunakan asuransi sesuai dengan perjanjian antara pihak pengirim dan penerima

4.        EMPATHY (EMPATI)
·           Memahami kebutuhan importir dan eksportir dalam melakukan distribusi barang

5.        TANGIBLE (BUKTI LANGSUNG)
·           Container, pesawat udara, kereta api, kapal laut

Monday, March 28, 2011

TK 1 Manajemen Mutu

ANALISIS FAKTOR PENYEBAB PENTINGNYA STANDARISASI LINGKUNGAN BAGI PERUSAHAAN LOGISTIK
ANGGOTA KELOMPOK :
1. JAJANG NURJAMAN (224408089)
2. ANDINA MUTHI’AH (224408020)
3. KHUSNUL KHOTIMAH S. (224408081)
4. NUR FITRIANTI (224408131)
5. SITI AMINATU FIBRIYAH (224408143)

I. Pendahuluan
a. Latar Belakang
Saat ini bukan hanya perusahaan industri yang dituntut untuk meninjau visi, orientasi dan kebijakan perusahaan yang berkaitan terhadap lingkungan hidup tetapi juga seluruh pelaku bisnis, termasuk juga pada bidang logistik. Perusahaan logistik juga memiliki kontribusi besar dalam menghasilkan sampah, dimana sampah itu berasal dari bahan pembungkus (packaging) suatu barang seperti plastik, kardus dan juga busa stearoform. Bahan pembungkus tersebut memang sangat kuat dan dapat melindungi barang dari cuaca luar. Namun, sampah-sampah tersebut tidak dapat diuraikan langsung oleh tanah seperti sampah kayu dari pallet. Hal ini sungguh sangat membahayakan lingkungan jika dibiarkan secara terus-menerus.
Selain berdampak negatif terhadap lingkungan, perilaku penggunaan pembungkus barang yang tidak ramah lingkungan tersebut juga perilaku pemborosan dalam penggunaan sumber daya. Sehingga hal tersebut dapat menurunkan kepercayaan konsumen terhadap perusahaan. Maka dari itu, pesaing pun akan melakukan perbaikan untuk menarik minat konsumen, yang menyebabkan daya saing makin meningkat.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk membahas dan mengkaji serta menuangkannya dalam bentuk makalah dengan judul “ANALISIS FAKTOR PENYEBAB PENTINGNYA STANDARISASI LINGKUNGAN BAGI PERUSAHAAN LOGISTIK”.
b. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan-permasalahan yang muncul diantaranya sebagai berikut ;
1. Dampak negatif terhadap lingkungan
2. Pemborosan dalam penggunaan sumber daya
3. Menurunnya kepercayaan konsumen terhadap perusahaan
4. Meningkatnya daya saing antara perusahaan
c. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan di atas, maka penulis membatasi masalah dengan mencari faktor penyebab pentingnya standarisasi lingkungan bagi perusahaan logistik.
d. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi dan batasan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut ;
1. Bagaimana tingkat perkembangan standarisasi lingkungan bagi perusahaan logistik?
2. Apa faktor penyebab pentingnya standarisasi lingkungan bagi perusahaan logistik?
3. Apa akar penyebab pentingnya standarisasi lingkungan bagi perusahaan logistik?
e. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan judul yang penulis angkat, penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut;
1. Untuk mengetahui tingkat perkembangan standarisasi lingkungan bagi perusahaan logistik.
2. Untuk mengetahui faktor pentingnya standarisasi lingkungan bagi perusahaan logistik.
3. Untuk mengetahui akar pentingnya standarisasi lingkungan bagi perusahaan logistik.

II. Pembahasan
a. Teori
Pada era 1993-an, International Organization for Standardization (ISO) menerbitkan standar seri ISO 14000. Strandar ini bertujuan untuk pengelolaan lingkungan yang meliputi sistem manajemen, evauasi/audit atas sistem manajemen dan evaluasi atas kinerja lingkungan dari suatu produk. Hal ini dilakukan berdasarkan pengalaman dua decade terakhir yang kerap muncul keprihatinan secara global dampak negatif bisnis terhadap pencemaran lingkungan. Lingkungan merupakan bagian yang sangat penting untuk dipelihara dan diselamatkan kelangngsungannya.
ISO seri ini dapat digunakan sebagai alat bantu; fokus terhadap pengendalian aspek lingkungan atau arah aktifitas produk dan pelayanan anda berkenaan dengan pengelolaan lingkungan; sebagai contoh, emisi udara, tanah, atau air. Organisasi wajib menjelaskan apakah yang mereka akan lakukan, mengikuti prosedur yang tersedia dan mendokumentasikan upaya-upaya mereka untuk mendemonstrasikan kesesuaian dan perbaikan. Anda diharapkan menyusun tujuan, sasaran dan menerapkan program untuk meningkatkan kinerja lingkungan anda yang mana pada akhirnya akan memberikan manfaat adanya peningkatan keuangan.
Ada dua hal yang menjadi perhatian dalam standarisasi terkait dengan lingkungan ini, yaitu green consumerism dan lingkungan sebagai non-tariff barrier. Green consumerism menuntut berbagai produk untuk berorientasi pada lingkungan dengan proses pembuatan yang ramah lingkungan pula dan lingkungan menjadi non-tariff barrier. Kedua kriteria ini harus dipenuhi oleh para pelaku bisnis untuk memasuki pasar dengan pengkajian ulang atas kinerja lingkungan.
b. Analisa Faktor Penyebab Pentingnya Standarisasi Lingkungan Bagi Perusahaan Logistik
GREEN Consumerism merupakan kelanjutan dari gerakan konsumerisme global yang dimulai dari adanya kesadaran konsumen akan hak-haknya untuk mendapatkan produk yang layak dan aman yang muncul sekitar tahun tujuh puluhan, muncul dari konteks situasi di atas sehingga tuntutan terhadap produk yang ramah lingkungan (enviroment friendly) semakin kuat.
Green consumerism muncul dari kesadaran dan pembentukan preferensi konsumen individual terhadap produk yang ingin dikonsumsinya. Green consumerism muncul dari kesadaran yang muncul dari setiap individu. Selanjutnya, produk yang diinginkan bukan yang benar-benar “hijau”, namun cukup yang sedikit berkurang tingkat kerusakan yang dapat ditimbulkannya. Hal ini menunjukkan kepahaman bahwa menciptakan produk yang seratus persen aman bagi lingkungan sangat sulit dicapai.
Penerapan stadarisasi terkait lingkungan ini membantu dalam pengurangan dampak negatif terhadap lingkungan, perilaku penggunaan pembungkus barang yang tidak ramah lingkungan tersebut juga perilaku pemborosan dalam penggunaan sumber daya. Sehingga hal tersebut dapat mempertahankan kepercayaan konsumen terhadap perusahaan. Maka dari itu, perusahaan dapat bersaing ketat dengan pesaing lain.

III. Penutup
a. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas maka dapat ditarik beberapa kesimpulan mengenai masalah ini, yaitu antara lain
1. Tingkat perkembangan standarisasi lingkungan bagi perusahaan logistik menjadi hal yang sangat penting karena bisnis ini menberi kontribusi sampah yang tidak dapat diuraikan oleh tanah. Sehingga
2. Faktor-faktor penyebab pentingnya standarisasi lingkungan bagi perusahaan logistik, yaitu a) dampak negatif terhadap lingkungan, b) pemborosan dalam penggunaan sumber daya, c) menurunnya kepercayaan konsumen terhadap perusahaan dan d) meningkatnya daya saing antara perusahaan.
3. Akar penyebab pentingnya standarisasi lingkungan bagi perusahaan logistik, yaitu antara lain a) terjadinya pencemaran lingkungan, b) pemborosan dalam penggunaan sumber daya, c) menurunnya kepercayaan konsumen terhadap perusahaan dan d) semakin ketatnya daya saing antara perusahaan.
b. Saran
Penerapan sistem manajemen lingkungan ini dilakukan sebagai antisipasi menjaga kepercayaan konsumen terhadap produk yang ramah lingkungan serta efek domino hubungan perusahaan terhadap pihak-pihak terkait. Lingkungan hidup sangat penting untuk dipelihara dan diselamatkan kelangsungannya agar tidak terjadi hal-hal yang merugikan dan fatal.

IV. Daftar Pustaka
http://gerakankonsumen.blogspot.com/2008/09/green-consumerism-dan-green-marketing.html
http://wwwetikusmiati.blogspot.com/2010/08/corporate-social-responsibility-what-is.html
http://www.nqa.com/in/atozservices/article.asp?SECTION=274&ARTICLE=253

Monday, March 21, 2011

FAISAL ABDA'U /224408033/ TM 2


Tugas mandiri II
FAISAL ABDA’U/ ZM’08/ 224408033

Pengertian ISO 14001
1.      ISO 14001 adalah standar Manajemen Lingkungan dimaksudkan untuk memberikan perusahaan-perusahaan suatu kerangka kerja pengelolaan lingkungan yang efektif yang dapat diintegrasikan dengan sistem manajemen lainnya (misalnya, sistem manajemen mutu dan keselamatan kerja) dan untuk membantu perusahaan dalam mencapai tujuan ekonomi dan lingkungannya. Kerangka kerja akan memungkinkan perusahaan tersebut memiliki satu alat dan cara untuk menjaga keberlangsungan dan keandalan pengelolaan lingkungannya dalam jangka waktu yang lama. Hal ini dimungkinkan karena SML merupakan suatu struktur manajemen yang berbasis Perencanaan – Pelaksanaan – Pemeriksaan dan Tindakan yang memungkinkan kinerja lingkungan akan selalu terkendali dan berkembang.
Menurut definisi Standar, Sistem Manajemen Lingkungan (SML) adalah Bagian dari keseluruhan sistem manajemen termasuk struktur organisasi, aktivitas perencanaan, tanggung jawab, praktek, prosedur, proses dan sumber daya untuk membuat, menerapkan, mencapai, mengkaji dan memelihara kebijakan lingkungan. Frasa pertama dalam definisi ini ‘Bagian dari keseluruhan’ berarti bahwa masalah-masalah lingkungan harus menjadi bagian dari fungsi-fungsi organisasi seperti pemasaran, administrasi, produksi, utilitas, dan bahkan keamanan. Semua fungsi perusahaan, besar atau kecil, memiliki tanggung jawab dan peran terhadap pengelolaan lingkungan. SML bukan semata-mata menjadi tanggung jawab departemen atau seksi lingkungan saja seperti yang umum diterapkan pada masa lalu (baca: perusahaan yang belum menerapkan SML ISO14001). Dengan kata lain setiap orang tidak bisa lagi berkata bahwa masalah lingkungan adalah tanggung jawab departemen lingkungan dan saya tidak mau tahu hal itu. Kata kunci penting lain yang penting adalah bahwa sistem tersebut bertujuan untuk mencapai apa yang ditetapkan dalam kebijakan lingkungan. Tidak lebih atau kurang komitmen dan cakupan penerapan system akan berdasarkan isi dalam kebijakan lingkungan.
dan penerapan SML ISO 14001 di semua jenis perusahaan (pertambangan, manufaktur, kimia, tekstil) dan terbukti bahwa SML telah diterapkan di berbagai belahan dunia (lebih dari 100 negara), dengan perbedaan budaya dan kondisi sosial.
2.       ISO 14001 adalah suatu standar internasional untuk Sistem Manajemen Lingkungan (SML) yang pada saat ini secara luas menggunakan SML di dunia, dengan lebih dari 6.000 sertifikasi di Inggris dan 111.000 sertifikasi di 138 negara seluruh dunia. ISO 14001 adalah standar sistem manajemen utama yang mengkhususkan pada persyaratan bagi formulasi dan pemeliharaan dari SML. Tiga komitmen fundamental mendukung kebijakan lingkungan untuk pemenuhan persyaratan ISO 14001, termasuk :pencegahan polusi kesesuaian dengan undang-undang yang ada perbaikan berkesinambungan SMLKomitmen-komitmen tersebut memberikan panduan perbaikan kinerja lingkungan secara keseluruhan.
3.       ISO 14001 manajemen lingkungan standar ada untuk membantu organisasi meminimalkan bagaimana operasi mereka (proses dll) berpengaruh negatif terhadap lingkungan (yaitu menyebabkan perubahan negatif terhadap udara, air, atau tanah), mematuhi undang-undang, peraturan, dan persyaratan lingkungan berorientasi lainnya, dan  terus meningkatkan di atas.
ISO 14000 adalah sama dengan ISO 9000 manajemen mutu di yang kedua berkaitan dengan proses bagaimana produk dihasilkan, daripada produk itu sendiri. Seperti dengan ISO 9000, sertifikasi dilakukan oleh organisasi pihak ketiga bukannya diberikan oleh ISO langsung. ISO 19011 standar audit yang berlaku saat audit untuk kedua 9000 dan 14000 kepatuhan sekaligus
4.       Kesimpulan. ISO 14001 adalah standar internasional untuk Sistem Manajemen Lingkungan (SML)  untuk membantu organisasi meminimalkan bagaimana operasi mereka (proses dll) berpengaruh negatif terhadap lingkungan (yaitu menyebabkan perubahan negatif terhadap udara, air, atau tanah),dan untuk legalitas mematuhi undang-undang, peraturan, dan persyaratan berorientasi lingkungan lainya.

Pengertian kepuasan pelanggan
1.       Kepuasan pelanggan adalah perasaan senang atau kecewa pelanggan yang berasal dari perbandingan antara kesannya terhadap kinerja (hasil) suatu produk dengan harapan-harapannya.
Nilai dan kepuasan terdiri dari:
-          Nilai yang diterima pelanggan (customer delivered value) adalah selisih antara total customer value dengan total customer cost.
-          Total customer value adalah kumpulan manfaat yang diharapkan diperoleh pelanggan dari produk atau jasa tertentu.
-          Total customer cost adalah kumpulan pengorbanan yang diperkirakan pelanggan akan terjadi dalam mengevaluasi, memperoleh dan menggunakan produk atau jasa tersebut.
2.       Banyak pakar yang mendefinisikan mengenai kepuasan pelanggan. Day (Tse dan Wilton, 1988) menyatakan bahwa kepuasan atau ketidakpuasan pelanggan adalah respon pelanggan terhadap evaluasi ketidaksesuaian/diskonfirmasi yang dirasakan antara harapan sebelumnya (atau norma kinerja lainnya) dan kinerja aktual dari produk yang dirasakan setelah pemakaiannya. Engel (1990) mengungkapkan bahwa kepuasan pelanggan merupakan evaluasi purnabeli di mana alternatif yang dipilih sekurang-kurangnya memberikan hasil yang sama atau melampaui harapan pelanggan, sedangkan ketidakpuasan timbul apabila hasil yang diperoleh tidak memenuhi harapan pelanggan. Sedangkan ahli pemasaran Kotler (1994) memberikan definisi bahwa kepuasan pelanggan adalah tingkatan perasaaan seseorang setelah membandingkan kinerja yang ia rasakan dengan harapannya.
3.       Kepuasan konsumen sebagai evaluasi secara sadar atau penilaian kognitif menyangkut apakah kinerja produk relatif bagus atau jelek atau apakah produk bersangkutan cocok atau tidak cocok dengan tujuan/ pemakaiannya. Pengertian secara umum Kepuasan Konsumen adalah hasil yang dirasakan oleh pembeli yang mengalami kinerja sebuah perusahaan yang sesuai dengan harapannya. Pelanggan merasa puas kalau harapan mereka terpenuhi, dan merasa amat gembira kalau harapan mereka terlampaui. Pelanggan yang puas cenderung tetap loyal lebih lama, membeli lebih banyak, kurang peka terhadap perubahan harga dan pembicaraannya menguntungkan perusahaan. Dalam rangka menciptakan kepuasan pelanggan, produk yang ditawarkan organisasi/perusahaan harus berkualitas. Kualitas mencerminkan semua dimensi penawaran produk yang menghasilkan manfaat (benefits) bagi pelanggan.
4.      Kesimpulan.  Kepuasan pelanggan adalah suatu hasil evaluasi dengan membandingkan anatara harapan yang diinginkan pelanggan dengan kinerja aktual produk yang dirasakan setelah pemakaian produk tersebut oleh pelanggan.

Pengertian Standar
1.       STANDARD adalah suatu kesepakatan bersama tentang sesuatu hal dan yang mengikat para peserta proyek . Mengikat dalam arti kata, bahwa jika ada pihak yang menginterprestasi lain di luar standar (tentunya yang kualitasnya lebih buruk dari standard) maka bila ada apa-apa dengan struktur yang dimaksud (tidak kuat dll) maka pihak itulah yang secara hukum dapat disalahkan atau yang bertanggung jawab terhadap kondisi yang jelek tersebut.
2.       Standar, atau lengkapnya standar teknis, adalah suatu norma atau persyaratan yang biasanya berupa suatu dokumen formal yang menciptakan kriteria, metode, proses, dan praktik rekayasa atau teknis yang seragam. Suatu standar dapat pula berupa suatu artefak atau perangkat formal lain yang digunakan untuk kalibrasi. Suatu standar primer biasanya berada dalam yurisdiksi suatu badan standardisasi nasional. Standar sekunder, tersier, cek, serta bahan standar biasanya digunakan sebagai rujukan dalam sistem metrologi. Suatu kebiasaan, konvensi, produk perusahaan, atau standar perusahaan yang telah diterima umum dan bersifat dominan sering disebut sebagai "standar de facto".
http://id.wikipedia.org/wiki/Standar
3.       Standar adalah kesepakatan-kesepakatan yang telah didokumentasikan yang di dalamnya terdiri antara lain mengenai spesifikasi-spesifikasi teknis atau kriteria-kriteria yang akurat yang digunakan sebagai peraturan, petunjuk, atau definisi-definisi tertentu untuk menjamin suatu barang, produk, proses, atau jasa sesuai dengan yang telah dinyatakan.  Salah satu contohnya adalah penetapan standar ukuran dan format kartu kredit, atau kartu-kartu “pintar” (smart)  lainnya yang telah mengikuti standar internasional ISO dan dapat digunakan di berbagai mesin anjungan tunai mandiri (ATM) di seluruh dunia, dan banyak contoh-contoh lainnya. Dengan demikian standar internasional telah membantu kehidupan manusia menjadi lebih mudah, serta lebih meningkatkan keandalan dan kegunaan barang dan jasa.
4.      Kesimpulan. Standar adalah sebuah aturan-aturan yang telah disepakati bersama dalam stategi untuk pembentukan suatu produk yang didalamnya berisikan spesifikasi-spesifikasi teknis atau kriteria-kriteria yang akurat yang digunakan sebagai peraturan, petunjuk, atau definisi-definisi tertentu untuk menjamin suatu barang, produk, proses, atau jasa sesuai dengan kualitas yang dinginkan.

tugas manajemen mutu Fina Amelia Putriyanto/2244.08.094

ISO 9001 : 2008 ( SISTEM MANAJEMEN MUTU )
ISO 9001:2008 adalah suatu standar internasional untuk sistem manajemen Mutu / kualitas. ISO 9001:2008 menetapkan persyaratan - persyaratan dan rekomendasi untuk desain dan penilaian dari suatu sistem manajemen mutu. ISO 9001:2008 bukan merupakan standar produk, karena tidak menyatakan persyaratan - persyaratan yang harus dipenuhi oleh sebuah produk (barang atau jasa). ISO 9001:2008 hanya merupakan standar sistem manajemen kualitas. Namun, bagaimanapun juga diharapkan bahwa produk yang dihasilkan dari suatu sistem manajemen kualitas internasional, akan berkualitas baik (standar).

Sehingga dapat disimpulkan bahwa Quality Management Systems (ISO 9001:2008) adalah Merupakan prosedur terdokumentasi dan praktek - praktek standar untuk manajemen sistem, yang bertujuan menjamin kesesuaian dari suatu proses dan produk (barang atau jasa) terhadap kebutuhan atau persyaratan tertentu, dimana kebutuhan atau persyaratan tertentu tersebut ditentukan atau dispesifikasikan oleh pelanggan dan organisasi.

Manfaat ISO 9001:2000
1. Dokumentasi mutu yang lebih baik.

ISO 9001 memberikan pedoman dalam mengelola sistem dokumentasi agar dokumen-dokumen yang dibuat oleh suatu perusahaan bersifat efektif dan efisien. Setiap organisasi menentukan tingkat dokumentasi yang dibutuhkan dan media yang digunakan. Hal tersebut tergantung pada faktor-faktor seperti; jenis dan ukuran organisasi, kompleksitas dan interaksi proses-proses, kompleksitas produk, persyaratan pelanggan, persyaratan peraturan perundang-undangan yang berlaku, demonstrasi kemampuan personel, dan faktor-faktor lainnya yang dibutuhkan untuk mendemonstrasikan pemenuhan dari persyaratan-persyaratan sistem manajemen mutu.


2. Pengendalian mutu secara sistematik.

Menurut pengertian ISO, mutu (quality) adalah kadar/tingkat yang dimiliki oleh sekumpulan karakteristik yang melekat (yang menjadi sifat) pada suatu produk atau pelayanan dalam memenuhi persyaratan. Kadar/tingkat tersebut berdasarkan sifatnya dapat dibagi menjadi buruk (poor), baik (good) atau baik sekali (excellent). Sedangkan yang dimaksud dengan persyaratan (requirement) adalah kebutuhan atau harapan (pelanggan) yang ditetapkan, yang secara umum wajib dipenuhi.

Dalam ISO 9001 pengendalian mutu harus dimulai dari masing-masing proses yang terdapat dalam perusahaan. Setiap proses adalah input bagi proses sesudahnya dan sekaligus merupakan output dari proses sebelumnya. Karena proses-proses tersebut saling berinteraksi satu sama lain dalam satu sistem, maka pengendalian mutu yang baik pada setiap proses tentunya secara keseluruhan akan menghasilkan suatu pengendalian mutu secara sistematik.

3. Koordinasi yang lebih baik.

Adanya kesamaan persepsi untuk menghasilkan output yang memenuhi persyaratan dan kebutuhan akan adanya satu sistem yang mendukung pencapaian hal tersebut, mendorong terjadinya kegiatan koordinasi antar proses dalam sistem tersebut. ISO 9001 merancang suatu sistem manajemen mutu yang mengarahkan proses-proses dalam suatu perusahaan agar melakukan koordinasi yang lebih baik.

4. Deteksi awal ketidaksesuaian.

Ketidaksesuaian (non conformity) adalah ketidakmampuan untuk memenuhi persyaratan, sedangkan cacat (defect) adalah ketidaksesuaian yang berhubungan dengan kegunaan yang ditetapkan atau dimaksudkan. Dengan adanya sistem pengendalian mutu yang baik dan didukung oleh koordinasi antar proses, maka setiap ketidaksesuaian akan dapat dideteksi lebih dini. Karena setiap proses selalu melakukan pemeriksaan terhadap output dari proses lain (sebelumnya), maka diharapkan setiap ketidaksesuaian yang terjadi dapat segera dikenali, diperbaiki dan dicegah agar tidak berulang kembali.

5.Konsistensi mutu yang lebih baik.

Jika semua unsur yang membentuk sistem manajemen mutu melakukan upaya terus menerus untuk memperbaiki kinerja dengan berdasar kepada pedoman dan prosedur yang telah didokumentasikan, maka akan dihasilkan konsistensi pengendalian mutu yang lebih baik.

6. Kepercayaan pelanggan bertambah.

Suatu perusahaan yang menerapkan sistem manajemen mutu ISO 9001 dengan baik, akan memberikan rasa aman terhadap pelanggan produk/pelayanannya, dan pada akhirnya meningkatkan kepercayaan (reliability). Kepercayaan tersebut timbul karena pelanggan melihat bahwa kegiatan pemenuhan persyaratan-persyaratannya dikelola secara baik dan memadai. Rasa aman dan kepercayaan ini kemudian akan berkembang menjadi hubungan bisnis yang saling menguntungkan satu sama lain dan berlangsung lama. Sebagai contoh; jika kita ingin membeli suatu produk elektronik (seperti televisi) maka kita tentu lebih memilih untuk membeli produk dari perusahaan yang bisa memberikan jaminan mutu terhadap produk yang dihasilkannya. Jaminan mutu tersebut bisa berupa garansi terhadap produk yang dijual. Perusahaan yang berani memberikan garansi terhadap produk-produk yang dijualnya adalah perusahaan yang yakin bahwa sistem manajemen mutunya telah dikelola dengan baik. Dengan demikian kepercayaan kita sebagai pelanggan terhadap produk-produk yang dijual oleh perusahaan tersebut, akan semakin bertambah.

7. Disiplin dalam pencatatan mutu bertambah.

ISO 9001 mensyaratkan adanya pengelolaan sistem pencatatan mutu yang baik. Setiap catatan harus jelas, mudah dibaca, dapat diidentifikasi dan diperoleh kembali dengan mudah. Dengan adanya persyaratan tersebut maka perusahaan yang menerapkan ISO 9001 akan membuat suatu prosedur pencatatan mutu termasuk pengendaliannya, yang menciptakan kedisiplinan dalam pencatatan mutu.

8. Lebih banyak kesempatan untuk peningkatan.

Pada akhirnya penerapan ISO 9001 akan memberikan peluang-peluang bagi peningkatan kinerja perusahaan yang diperoleh dari sistem dokumentasi yang baik, pengendalian mutu secara sistematik, koordinasi antar proses dalam sistem dan disiplin dalam pencatatan. Sehingga setiap ketidaksesuaian dapat dideteksi lebih awal untuk diperbaiki dan dicegah agar tidak berulang kembali. Sedangkan potensi-potensi munculnya ketidaksesuaian yang belum terjadi akan dapat dikenali, kemudian dicegah agar tidak terjadi.
‘The Consistent Pair’

ISO 9001 merupakan suatu standar persyaratan-persyaratan yang terfokus pada proses-proses yang memberikan keyakinan bahwa persyaratan pelanggan terhadap mutu produk akan terpehuhi.

Sedangkan ISO 9004 memberikan panduan dalam peningkatan secara berkesinambungan proses-proses manajemen mutu dan kinerja yang mengarah pada kesempurnaan bisnis (performance excellence).

ISO 9004 merupakan sarana penghubung atau panduan bagi perusahaan yang telah menerapkan ISO 9001 dalam menuju kesempurnaan kinerja. Oleh karena itu ISO 9004 merupakan pasangan yang serasi dengan ISO 9001, hal ini diistilahkan dengan ‘The Consistent Pair’. Selanjutnya dengan didukung oleh ISO 9000 dan ISO 19011, kedua pasangan ini akan menyediakan kerangka kerja bagi keyakinan dan kesempurnaan bisnis perusahaan.

Prinsip-Prinsip Manajemen Mutu

Untuk memimpin dan menjalankan suatu organisasi dengan sukses, para pemimpin (manajemen) hendaknya melakukannya dengan cara-cara yang sistematik dan jelas. Sukses dapat dihasilkan dari implementasi dan pemeliharaan sebuah sistem manajemen yang dirancang untuk perbaikan kinerja (performance improvement) secara berkesinambungan.

ISO memperkenalkan 8 prinsip manajemen mutu yang dapat digunakan oleh manajemen puncak suatu perusahaan dalam memimpin dan mengelola organisasinya kearah perbaikan kinerja:

1. Organisasi yang terfokus pada pelanggan.

Organisasi tergantung pada pelanggannya dan oleh karena itu harus memahami kebutuhan-kebutuhan pelanggan untuk masa sekarang dan yang akan datang, memenuhi persyaratan-persyaratan pelanggan, dan berusaha untuk melampaui harapan pelanggan.

2. Kepemimpinan.

Sebuah organisasi sangat tergantung kepada para pemimpinnya, oleh karena itu para pemimpin harus menyatukan tujuan dan arah dari organisasinya. Mereka harus menciptakan dan memelihara suatu lingkungan internal, dimana semua orang bisa terlibat penuh dalam pencapaian sasaran-sasaran organisasi.

3. Keterlibatan semua karyawan.

Karyawan pada setiap tingkatan adalah inti dari suatu organisasi dan keterlibatan penuh mereka memungkinkan pemanfaatan kemampuan mereka demi keuntungan organisasi.

4. Pendekatan Proses.

Suatu hasil yang diharapkan akan dapat dicapai dengan lebih efisien, jika semua kegiatan dan sumber daya terkait dikelola sebagai sebuah proses. Proses adalah suatu aktifitas atau sekumpulan aktifitas yang menggunakan sumber daya-sumber daya (resources) untuk mengubah masukan (input) menjadi keluaran (output). Untuk dapat berfungsi secara efektif, suatu organisasi harus mengidentifikasi dan mengelola semua proses yang saling berkait dan berinteraksi satu sama lainnya didalam organisasi itu. Identifikasi dan pengelolaan secara sistematik proses-proses yang digunakan oleh sebuah organisasi terutama interaksi antar proses-proses tersebut dikenal sebagai ‘Pendekatan Proses’.

5. Pendekatan sistem dalam manajemen.

Pengenalan, pemahaman dan pengelolaan proses-proses yang saling berkait sebagai sebuah sistem akan meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam pencapaian sasaran-sasaran organisasi.

6. Peningkatan berkesinambungan.

Peningkatan berkesinambungan terhadap kinerja hendaknya menjadi suatu sasaran permanen dari organisasi. Suatu organisasi yang melakukan perbaikan terus menerus terhadap kinerjanya akan mampu bertahan dan berkembang dalam kompetisi pasar global yang selalu berubah dari waktu ke waktu.

7. Pendekatan secara fakta dalam membuat keputusan.

Keputusan-keputusan efektif haruslah didasarkan pada hasil analisa data dan informasi yang aktual (sebenarnya). Terdapat 3 prinsip aktual yaitu: Pergi kelokasi aktual, Melihat hal-hal yang aktual, dan Memperhatikan keadaan-keadaan yang aktual. ‘Lokasi’ aktual bisa berarti area produksi, gudang, kantor, ruang servis, dll. ‘Hal-hal’ yang aktual bisa berarti mesin, pekerja, material, produk, pelayanan, dll. Sedangkan ‘Keadaan-keadaan’ yang aktual adalah situasi pada saat kejadian, melihat masalah secara objektif dan menghindari penilaian subjektif.

8. Hubungan saling menguntungkan dengan pemasok.

Suatu organisasi dan pemasoknya memiliki ketergantungan satu sama lain, dan dengan membangun hubungan yang saling menguntungkan satu sama lain akan meningkatkan kemampuan keduanya untuk menghasilkan suatu nilai (value). Nilai ini adalah suatu ‘potensi abstrak’ yang dimiliki suatu perusahaan dalam bersaing dengan perusahaan sejenis. Jika dua perusahaan yang menghasilkan produk yang sejenis dengan kualitas yang rata-rata sama, dan dengan pelayanan yang sama bahkan dengan harga yang hampir sama, kemudian bersaing dalam memasarkan produknya kepada pelanggan. Maka hanya perusahaan yang memiliki ‘nilai’ yang akan berhasil memenangkan persaingan tersebut.

Struktur ISO 9001:2000

1. Ruang Lingkup

2. Referensi Standar

3. Istilah dan Definisi

4. Sistem Manajemen Mutu

5. Tanggungjawab Manajemen

6. Manajemen Sumber Daya

7. Realisasi Produk

8. Pengukuran, Analisa dan Perbaikan

Lampiran A & B
Dasar Model Proses ISO 9001

ISO 9001:2000 menganggap semua persyaratan-persyaratan (klausul) nya sebagai proses, oleh karena itu pemenuhan persyaratan-persyaratan ISO juga dilakukan dengan pendekatan tersebut. Berbeda dengan ISO 9000 versi 1987 dan ISO 9000 versi 1994, yang metode pemenuhan persyaratan-persyaratannya berdasarkan pemenuhan pasal demi pasal.

Di dalam ISO 9001:2000 yang menjadi persyaratan hanyalah pasal 4: Sistem Manajemen Mutu, pasal 5: Tanggungjawab Manajemen, pasal 6: Manajemen Sumber Daya, pasal 7: Realisasi Produk, dan pasal 8: Pengukuran, Analisa dan Perbaikan. Jadi suatu perusahaan yang ingin menerapkan ISO 9000 atau ingin mendapatkan sertifikasi ISO 9001 cukup dengan menerapkan kelima pasal tersebut.

Jika dikelompokkan secara pendekatan proses maka pasal 5: Tanggungjawab Manajemen dan pasal 6: Manajemen Sumber Daya merupakan bagian dari Proses Perencanaan (plan), pasal 7: Realisasi Produk merupakan bagian dari Proses Melakukan (do), dan pasal 8: Pengukuran, Analisa dan Perbaikan merupakan bagian dari Proses Pemeriksaan (check) dan Proses Tindakan (Act). Integrasi proses-proses Plan-Do-Check-Act (PDCA) tersebut secara sistematik akan menghasilkan suatu pendekatan Sistem Manajemen Mutu (pasal 4) kearah perbaikan kinerja secara berkesinambungan.

Pengertian PDCA secara ringkas adalah:

Plan : menetapkan sasaran-sasaran dan proses-proses yang dibutuhkan untuk memberikan hasil-hasil yang sesuai dengan persyaratan pelanggan dan kebijakan organisasi.

Do : melaksanakan proses-proses

Check : memonitor dan mengukur proses-proses dan produk, kemudian membandingkannya dengan kebijakan-kebijakan, sasaran-sasaran dan persyaratan produk yang telah ditetapkan sebelumnya, melakukan analisa data dan melaporkan hasil-hasilnya.

Act : melakukan tindakan-tindakan yang diperlukan untuk memperbaiki kinerja proses secara kontinu.

Dalam Model Proses ISO 9001, manajemen suatu organisasi setelah memahami persyaratan-persyaratan Sistem Manajemen Mutu (pasal 4), kemudian menetapkan komitmennya untuk melaksanakan sistem manajemen mutu, menetapkan kebijakan mutu dan sasaran mutu, melakukan penetapan dan pendelegasian tugas dan wewenang, menunjuk wakil manajemen yang bertugas mengawasi pelaksanaan sistem manajemen mutu dan melakukan tinjauan manajemen (pasal 5). Tanggungjawab manajemen tersebut merupakan Proses Perencanaan (plan), dan organisasi harus memenuhi proses ini terlebih dahulu dalam memulai suatu sistem manajemen mutu, barulah kemudian menetapkan dokumentasi-dokumentasi yang diperlukan untuk kelengkapan proses ini.

Yang dimaksud manajemen disini adalah manajemen puncak suatu organisasi/perusahaan seperti; Presiden Direktur, Direktur, General Manager, atau fungsi yang mengatur jalannya organisasi secara integral.

Proses berikutnya yang juga merupakan Proses Perencanaan (plan) adalah Pengelolaan Sumber Daya (pasal 6), dimana organisasi menetapkan sumber daya-sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan sistem manajemen mutu dan memenuhi persyaratan pelanggan. Sumber daya tersebut berupa sumber daya manusia (karyawan), infrastruktur (bangunan, peralatan proses, alat transportasi, komunikasi, dll), dan lingkungan kerja.

Pada tahap selanjutnya organisasi harus melaksanakan (do) perencanaan-perencanaan yang telah ditetapkan dalam proses Realisasi Produk (pasal 7). Pada proses ini organisasi menetapkan semua kebutuhan untuk membuat proses, melakukan kegiatan verifikasi, validasi, monitor, inspeksi, pengujian yang dibutuhkan untuk kriteria keberterimaan produk, komunikasi dengan pelanggan, kegiatan desain dan pengembangan, pembelian, kegiatan pengendalian perlengkapan produksi dan pelayanan, pengendalian alat ukur, dan lain sebagainya. Dengan kata lain, semua kegiatan operasional suatu perusahaan merupakan bagian dari proses Realisasi Produk dalam ISO 9001:2000. Pada tahapan ini Persyaratan Pelanggan merupakan input bagi proses sedangkan outputnya adalah Kepuasan Pelanggan.

Setelah proses implementasi (do) dijalankan, maka proses berikutnya adalah pemeriksaan (check) hasil-hasil yang diperoleh dan penetapan tindakan (act) yang diperlukan untuk perbaikan (pasal 8). Pada proses ini organisasi memonitor dan mengukur kepuasan pelanggan, melakukan audit mutu internal (internal quality audit), memonitor dan mengukur proses-proses dan produk, melakukan pengendalian terhadap ketidaksesuaian (non conformity) yang terjadi, menganalisa semua data yang diperoleh termasuk kecenderungan proses-proses, kemudian melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan. Hasil dari proses ini kemudian digunakan sebagai input bagi proses perencanaan selanjutnya.

Keempat proses diatas, Plan-Do-Check-Act (PDCA) merupakan satu siklus yang tidak terputus dan saling berinteraksi satu sama lain. Siklus PDCA sudah seharusnya digunakan untuk meningkatkan sistem manajemen mutu (kinerja organisasi) secara terus menerus.

pengertian manejemn mutu menurut wikipedia
[tutup]
Manajemen mutu
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Perubahan tertunda ditampilkan di halaman iniBelum Diperiksa
Langsung ke: navigasi, cari
Broom icon.svg
Artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia
Merapikan artikel bisa berupa membagi artikel ke dalam paragraf atau wikifikasi artikel. Setelah dirapikan, tolong hapus pesan ini.
Wikify
Keseluruhan artikel atau bagian tertentu dari artikel ini perlu di-wikifikasi.

Manajemen mutu dapat dianggap memiliki tiga komponen utama: pengendalian mutu, jaminan mutu dan perbaikan mutu. Manajemen mutu berfokue tidak hanya pada mutu produk, namun juga cara untuk mencapainya. Manajemen mutu menggunakan jaminan mutu dan pengendalian terhadap proses dan produk untuk mencapai mutu secara lebih konsisten.


Evolusi manajemen mutu

Manajemen mutu adalah fenomena mutakhir. Kebudayaan maju yang mendukung seni dan kerajinan membolehkan pembeli memilih barang dengan standar mutu yang lebih tinggi dibandingkan dengan barang normal. Dalam masyarakat dimana seni dan kerajinan dihargai, salah satu tugas dari sang empu adalah mengepalai bengkel, serta melatih dan mengawasi pegawai dan pemagang. Sang empu menetapkan standar, menilai pekerjaan pegawai dan memerintahkan pengerjaan ulang ataupun perbaaikan yang diperlukan. Pekerjaan secara kerajinan memiliki keterbatasan yaitu hanya mampu menghasilkan sedikit produk, namun dipihak lain memiliki keunggulan yaitu setiap produk dapat dibuat secara berbeda sesuai dengan keinginan pemesan. Pendekatan pekerjaan kerajinan terhadap mutu merupakan masukan utama saat pembentukan awal manajemen mutu sebagai bagian dari ilmu manajemen.