Tuesday, March 15, 2011

Tugas Kelompok Management Mutu Pertama Kelompok YCF2W


# Kelompok Mata Kuliah Management Mutu :
-          Yan Riady (224408004)
-          Faisal Ab’dau (224408033)
-          Charles Yohannes (224408036)
-          Fathmy Adryahara (224408066)
-          Windy Wulansari (224408058)

1.      PENDAHULUAN
Artikel ini mengkaji pengaruh pengorganisasian dan pemanfaatan teknologi logistik dalam pengelolaan reverse logistics di perusahaan manufaktur penghasil barang/kemasan plastik terhadap kapabilitas inovasi dan komunikasi perusahaan dalam meningkatkan kinerja reverse logistics perusahaan. Analisis yang digunakan adalah Structural Equation Modeling dengan menggunakan program SmartPLS. penelitian menunjukkan bahwa pengorganisasian pengelolaan reverse logistics melalui alokasi anggaran dan pembentukan unit pengelola tersendiri disertai pendayagunaan teknologi, terutama pertukaran data secara elektronik, mampu meningkatkan kapabilitas inovasi, terutama kemampuan kustomisasi dan fleksibelitas perusahaan dalam meningkatkan kinerja reverse logistics, dalam hal ketepatan waktu dan biaya operasional yang rendah. Di sisi lain, kapabilitas komunikasi belum terbukti dapat memengaruhi kinerja reverse logistics dikarenakan kapabilitas yang dimiliki belum dimanfaatkan secara optimal

Reverse logistics (RL) adalah proses perencanaan, implementasi, dan pengendalian secara efisien dan efektif aliran barang (bahan baku, sediaan dalam proses, atau barang jadi) dan informasi yang terkait, dari titik konsumsi balik ke titik asal. Tujuan RL adalah menangkap atau menciptakan kembali nilai atau untuk pembuangan barang-barang yang mengalir balik (Rogers dan Tibben-Lembke, 1999).

2.      PEMBAHASAN
RL meliputi semua aktivitas logistik, perbedaannya semua barang yang ditangani mengalir
dalam arah berlawanan (barang retur). Menangani RL lebih rumit daripada forward logistics
(logistik), sebab waktu barang retur mengalir tidak pasti dan sulit diramalkan, dan datang lebih
cepat dibandingkan waktu pemrosesan. Barang retur kebanyakan tidak teridentifikasi dan
wewenang penerimaan tidak standar, kondisi barang dan/atau kemasan tidak seragam, rusak atau
kurang lengkap. Tambahan lagi, kebanyakan konsumen atau mitra distribusi kehilangan
kepercayaan selama waktu pemrosesan (Rogers dan Tibben-Lembke, 2001; Stock et al., 2002).
Rumitnya penanganan RL mengakibatkan membengkaknya biaya operasional (Trebilcock,
2001). Sebagai contoh, di Amerika Serikat biaya penanganan RL beberapa produk manufaktur
rata-rata mencapai 15% total penjualan (Dowlatshahi, 2005). Tambahan lagi, banyak hambatan
ditemui perusahaan ketika menangani RL, diantaranya manajemen perusahaan menganggap RL
kurang penting, kurang kompetitif, ketiadaan sistem, dukungan finansial rendah, dan personil
pengelola kurang memadai (Rogers dan Tibben-Lembke, 2001).
Namun demikian, RL yang dikelola dengan efisien dan efektif berpotensi mendapatkan nilai
ekonomi dan meningkatkan citra positif perusahaan di konsumen dan mata rantai distribusi
(Bernon et al., 2004). RL yang dikelola secara efisien berpotensi mendapatkan nilai ekonomi,
yakni melalui pemanfaatan barang retur, diantaranya dengan mamakai-ulang jika masih dapat
dipakai, mendaur-ulang atau melakukan kanibalisasi untuk bahan baku, perbaikan atau pabrikasi
ulang untuk dijual kembali (Stock, 2001). Di samping itu, potensi ekonomi yang tidak langsung
adalah penghematan biaya operasional logistik, seperti pengurangan biaya distribusi aliran balik
dan pemrosesan/transaksi (Stock et al., 2002).
RL yang dikelola dengan efektif membantu meningkatkan pelayanan purna jual. Pelayanan
purna jual yang baik, yakni cepat tanggap terhadap keluhan dan mampu memberikan kepastian
penyelesaian masalah retur, akan meningkatkan citra positif perusahaan (Daugherty et al., 2004;
De Brito et al., 2002). Di sisi lain, RL yang dikelola secara efektif untuk mengendalikan barang
purna jual membantu mengendalikan dampak negatif terhadap lingkungan. Sebagai contoh,
persyaratan lingkungan Uni Eropa, EC’s Directives on Packaging and Packaging Waste, yang
mewajibkan perusahaan mengambil alih tanggung-jawab pengelolaan sampah, dengan
meminimalkan, menggunakan kembali, dan mendaur-ulang sampah barang atau kemasan yang
telah mereka jual, dapat mengurangi pencemaran lingkungan secara signifikan (Bernon et al.,
2004). Perusahaan yang mampu mengurangi dampak negatif terhadap barang yang telah
dipasarkannya, akan memiliki citra positif dimata mitra rantai pasoknya.
Berdasarkan fenomena di atas, pertanyaan yang perlu dikaji adalah bagaimana pengelolaan
RL, yang rumit dan membutuhkan biaya besar, dapat dilakukan secara efisien dan efektif sehingga
dapat menguntungkan perusahaan secara ekonomi dan dapat meningkatkan citra positif
perusahaan. Untuk menjawab pertanyaan ini, dilakukan kajian mengenai sumberdaya dan
kapabilitas yang diperlukan perusahaan penghasil barang dan/atau kemasan dari plastik yang
berlokasi di Surabaya dan sekitarnya, sehingga dapat menangani RL secara efisien dan efektif
dalam usaha mendapatkan manfaat ekonomi dan citra positif.

3       KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian pada beberapa perusahaan manufaktur yang memproduksi
barang/kemasan dari plastik di Surabaya dan sekitarnya, didapatkan bahwa kapabilitas inovasi
perusahaan dengan didukung oleh komitmen perusahaan mengorganisasikan dan mendayagunakan
teknologi logistik terbukti memengaruhi secara signifikan kinerja RL. Kapabilitas inovasi
yang berperan penting disini adalah kemampuan melakukan kustomisasi, sedangkan dalam
organisasi pengelola RL yang terpenting adalah anggaran dan dalam teknologi logistik yang
berperan adalah pemanfaatan sarana pertukaran data/informasi antara perusahaan dan mitra rantai
distribusi secara elektronik.
Penelitian ini belum berhasil membuktikan bahwa kapabilitas komunikasi perusahaan dapat
memengaruhi secara signifikan kinerja RL, baik secara langsung maupun lewat dukungan
komitmen pengorganisasian dan pemanfaatan teknologi logistik. Hal ini mungkin terjadi karena
kelemahan pada koordinasi antara pihak perusahaan dengan mitra rantai distribusi. Penelitian
kedepan, diharapkan dapat mengkaji lebih dalam dampak koordinasi dalam menjembatani
kapabilitas komunikasi dengan pencapaian kinerja RL.

4.         DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2006. The List of Domestic and Foreign Investment Companies in East Java, Badan
Penanaman Modal, Pemerintah Propinsi Jawa Timur.
Autry, C. W., 2005. “Formalization of Reverse Logistics Programs: A Strategy for Managing
Liberalized Returns.” Industrial Marketing Management, Vol. 34, pp. 749-757.
Bernon, M., Cullen, J., and Rowat, C., 2004. “The Efficiency of Reverse Logistics.” Working
Paper, Cranfield University, UK.
Blumberg, D. R., 1999. “Strategic Examination of Reverse Logistics and Repair Service
Requirements, Needs, Market size, and Opportunities.” Journal of Business Logistics, Vol.
20, No. 2, pp. 141-159.
Closs, D. J., and Savitskie, K., 2003. “Internal and External Information Technology Integration.”
International Journal of Logistics Management, Vol. 14, No. 10, pp. 63-176.

No comments:

Post a Comment